Jumat, 20 Januari 2012

Ayolah, Damai!

Ghia dan Ghea namanya, mereka kembaran yang selalu bersama-sama, dalam suka maupun duka.
Tibanya suatu saat, dua hari sebelum ulang tahun mereka, mereka menemui ayah dan ibunya diruang keluarga dan berbicara.
“Yah, ayah ingat kan, lusa hari apa?” tanya Ghea.
“Lusa itu kan, hari Sabtu, nak!” jawab ayah.
“Hush, ayah! Hari itu kan ulang tahun mereka…” cetus ibu.
“Iya, ya! Ayah sudah agak lupa, ya, sudah! Tidur sana, sudah pukul 10 malam,” ujar ayah segera mengantarkan Ghia dan Ghea tidur.
Keesokan harinya, Ghia dan Ghea pun berangkat sekolah, yap, seperti biasa, menaiki sepeda gayung mereka yang berwarna jingga.
“Ghea, sudah buat pr?” tanya Ghia.
“Ehm, sudah kok!” jawab Ghea pada kakaknya.
“Ohh, baguslah!”
Sesampainya disekolah, mereka mendengar kabar bahwa akan ada murid baru, perempuan pindahan dari Jakarta.
“Ghia, kamu sudah tahu, bahwa akan ada murid baru?” tanya Ghea.
“Sudah, katanya sih, dia itu anaknya cerdas…” balas Ghia pada Ghea.
“Iya, mungkin teman-teman kita kagum padanya,” sahut Ghea.
Saatnya masuk kelas, Bu Fefi, wali kelas Ghia dan Ghea pun datang, dengan diikuti oleh seorang gadis cantik.
“Anak-anak, perkenalkan disini, ada murid baru, ayo kenalkan dirimu!” ujar Bu Fefi.
Anak itupun memperkenalkan diri, “ Hai, perkenalkan, namaku Vega Adhyanita Putri, panggil saja, Vega! Aku pindahan dari Jakarta, dulu aku bersekolah di SD Sigura Jaya... sekian dulu, ya!” kata anak itu yang bernama Vega.
Bu Fefi pun menyuruh Vega duduk di samping Ghia.
“Hai, Vega! Boleh kenalan?” sapa Ghia.
“Boleh, namamu siapa?” tanya Vega.
“Namaku Ghia, kenapa kamu pindah kemari, Ga?” balas Ghia.
“Ohh, aku pindah karena ayahku pindah tugas...”
Tak lama, setelah berbincang-bincang, mereka pun istirahat bersama.
“Ghia!” panggil Ghea pada Ghia yang asik berbicara dengan Vega.
Huhh, sebal sekali aku! Gerutu Ghea dalam hati.
Ghia pun masih tetap asik berbicara dengan Vega, Ghea yang melihat Ghia terus bersama Vega, langsung memusuhi Ghia dan Vega.
“Ga, ayo ke kantin, yuk!” ajak Ghia pada Vega.
“Ayo, aku traktir, ya!” tawar Vega segera ke kantin bersama Ghia.
Sesampainya dikantin, Ghia pun duduk bersama Vega, dan meminum jus bersama.
Tak lama kemudian, Ghea pun datang bersama Cheryl, dan duduk dikantin.
“Ghea, ayo duduk disini!” ajak Cheryl duduk dibangku dekat Ghia dan Vega.
“Tidak, ah! Aku muak sekali, duduk disamping sampah yang bau ini!” ujar Ghea pada Cheryl.
“Maksud kamu apa?!” kata Ghia tersinggung.
“Kan memang kamu itu sampah,” jawab Ghea pada saudaranya itu.
Setelah Ghea pergi, Ghia pun berbicara dengan Vega.
“Vega, kenapa sih, aku dimusuhi oleh Ghea?” tanya Ghia. “Dia itukan kembaranku!”
“Hah?! Ghea itu kembaranmu? Mungkin karena kamu berbuat sesuatu padanya yang membuat dia tersinggung,” balas Vega menepuk bahu Ghia.
Sesampainya dirumah, Ghia dan Ghea bermusuhan, mereka pisah ranjang, Ghea tidur di kamar tamu, sedangkan Ghia tidur dikamarnya.
“Ghea! Kenapa sih, kamu memusuhiku?” tanya Ghia.
“Jangan urus aku! Urus saja, Vega! Vega lebih penting daripada aku, aku adalah adikmu, sementara Vega adalah temanmu, ya jelaskan! Kamu lebih mementingkan teman daripada adik sendiri!” marah Ghea langsung pergi.
“Tidak! Bukan...”
Belum selesai Ghia berbicara, Ghea langsung pergi dari rumahnya dan mengambil sepeda, langsung menuju rumahnya Cheryl.
“GHEA!!!” teriak Ghia dari kejauhan yang terlihat mengejar Ghea.
“Buat apa, kamu ngejar-ngejar aku lagi?!” sahut Ghea langsung berhenti.
“Aku bukan bermaksud seperti itu,” jawab Ghia.
“Kalau tidak bermaksud seperti itu, kenapa saat aku memanggilmu kamu tidak menjawab?!!” marah Ghea.
“Aku tidak mendengar saat kamu memanggil, apa lagi jika aku menjawab, dan perbicaraan Vega belum selesai, dia bisa marah!” balas Ghia langsung menghampiri Ghea.
“Dan kenapa kamu tidak memperdulikan aku?! Aku tidak diajak bermain, sementara Vega kau ajak bermain!” teriak Ghea kesal dengan Ghia.
“Iya, iya! Maafkan aku, aku yang salah, aku minta maaf!” sahut Ghia.
“Janji?”
“Iya, aku janji!”
Akhirnya Ghea dan Ghia pun berdamai.
Keesokan harinya, tepat pada hari ulang tahun Ghia dan Ghea, ayah dan ibu datang dari kantor, segera memberikan hadiah dan ucapan untuk Ghia dan Ghea.
“Happy birthday, Ghia and Ghea!” ucap ayah dan ibu.
“Waww, thank, my parents!” balas mereka berdua.
Setelah kejadian itu, mereka tidak pernah bertengkar lagi, malah mereka bersahabat dengan Vega, selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar